Balikkampung bercuti dan sebagainya. Menurut perancangan Ahmad akan bertolak dari Shah Alam pada hari Isnin dan akan bertolak pulang dari Kota Bahru ke Kuala Lumpur pada hari Jumaat. Justeru jikalau permusafirannya kurang dari 4 hari tidak termasuk hari masuk dan keluar dari tempat tersebut maka gugur ke atasnya untuk melakukan solat Jumaat.
Minggu, 7 Februari 2016 Minggu Biasa V Yes 6 Mzm 138 1Kor 151-11; Luk 51-11 Yesus berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” DALAM bacaan Minggu lalu Lukas 421-30, kita berjumpa dengan Yesus Kristus yang mengajar banyak orang di sinagoga di Nazareth. Hari ini kita membaca bahwa Yesus menghadapi banyak orang di danau dan di sana Ia mengajar mereka. Kita dapat membayangkan bahwa bagi orang-orang ini, danau adalah segalanya air, ikan, makanan, transportasi, obyek keindahan dan kontemplasi. Namun bagi Yesus, danau dapat menyatakan misteri iman dan rencana ilahi. Di danau, Ia hendak membantu kita mengerti begitu banyak hal yang merupakan bagian dari kehidupan dalam perspektif iman. Pertama-tama, Yesus Kristus mengajar kita dengan memasuki perahu Simon dan menyuruhnya untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya. Reaksi Simon mungkin juga menjadi reaksi kita. Tentu Simon lebih tahu dengan baik keadaan danau dibandingkan Yesus. Maka wajar bila SImon berkata kepada-Nya, “Guru, sudah sepanjang malam kami bekerja mencari ikan namun tidak menangkap apa-apa. Namun karena Engkau yang memintanya maka kuterbarkan jala juga. Kita lihat apa yang terjadi.” Simon gelisah dan lelah sudah sepanjang malam gagal mencari dan mendapatkan ikan, namun Ia tetap percaya kepada perkataan Yesus. “Karena perintah-Mu, maka kami terbarkan jala juga!” Di sini kita belajar untuk mendengarkan sabda Yesus dan menerima perintah-Nya, bahkan saat kita mengalami kekecewaan dan kegagalan. Yesus meminta kita untuk sesuatu yang membutuhkan iman dan melawan kesukaan kita pribadi. Kedua, Yesus Kristus hendak mengajar kita tentang kerendahan hati dan ketaatan untuk mewartakan sukacita Injil. Ketika Yesus Kristus melakukan sesuatu yang istimewa dalam hidup kita seperti yang dialami Simon, mungkin kita juga berkata, “Tuhan pergilah dari pada-Ku, sebab aku ini seorang berdosa!” Namun Yesus memanggil kita untuk bersaksi tentang sukacita Injil. Ia akan berkata pula kepada kita, “Jangan takut, Mulai sekarang Engkau akan menjala manusia!” Dalam Adorasi Ekaristi Abadi sementara kita menyembah Yesus Krsitus kita belajar bertolak ke tempat yang dalam di kehidupan kita. Di sana kita juga hendak mendengarkan sabda-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Tuhan Yesus Kristus, sejak kami mulai relfeksi ini, kami merasakan Engkau mulai masuk ke dalam kapal kehidupan kami. Kami bertolak ke tempat yang dalam, jauh dari semua keprihatinan harian. Kami bertolak ke tempat yang dalam jauh dari hal-hal harian, untuk mendengarkan Engkau saja. Semoga kami menjadi sungguh-sungguh rendah hati dan penuh syukur sebab Engkau akan menghabiskan waktu-Mu untuk bersama kami secara pribadi dalam Sakramen Mahakudus kini dan selamanya. Amin. Sumber Post navigation JAKARTA Presiden Joko Widodo akan meninjau sejumlah infrastruktur jembatan dan jalan nasional di Pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Rabu (6/7/2022).. Dilansir dari laman Sekretariat Kabinet (Setkab), Jokowi bertolak menuju Kota Gunungsitoli untuk mengawali kunjungan kerjanya (kunker) ke Sumut.. Pesawat ATR-Pelita Air yang membawa Presiden dan rombongan lepas landas dari“Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.’” Luk 5, 4 SEORANG Romo Paroki bercerita dengan rasa gembira, “Romo ada kabar baik neh. Peminat misa harian sudah bertambah banyak. Jumlahnya tidak hanya lima orang, tetapi sudah lebih dari lima belas orang. Selain itu, peminat misa Mingguan juga semakin bertambah banyak.” Ketika saya bertanya kiat-kiat yang dilakukan, romo itu menjawab, “Tidak ada resep khusus. Saya hanya meluangkan waktu untuk mengunjungi keluarga mereka satu per satu, mulai dari ujung utara ke selatan. Memang belum semua terkunjungi. Saya hanya melihat kehidupan mereka dan mendengarkan kisah hidup keluarganya. Tidak lebih dari itu.” Yang dilakukan oleh romo paroki itu adalah hal yang sederhana. Namun demikian, semangatnya berkaitan dengan apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Simon, yakni “Bertolaklah ke tempat yang dalam.” Romo itu tidak hanya tinggal di pastoran dan sibuk di dalam kamarnya. Dia tidak hanya menunggu umat beriman datang ke gereja dan melayani mereka selaras dengan jadwal yang ada. Dia tidak hanya mendengarkan laporan para pengurus lingkungan dan memenuhi permintaan misa dengan ujud tertentu. Dia berani keluar kamar dan meninggalkan pastoran untuk menjumpai umatnya. Dia masuk ke dalam setiap keluarga umatnya; melihat situasi dan kondisi senyatanya; melihat luapan kegembiraan dan suka cita yang mereka rasakan; mendengarkan keluh kesah atau keprihatinan mereka; menanggapi langkah-langkah mereka dalam mengatasi berbagai macam kesulitan; memberi peneguhan bagi mereka yang bimbang. Bertolak ke tempat yang dalam adalah kesediaan untuk masuk ke dalam kehidupan seseorang, berusaha mengenal dan memahami kondisi dan pergulatan hidupnya serta menerima realitas apa adanya. Bertolak ke tempat yang dalam tidak hanya berlaku bagi para gembala terhadap umat. Tetapi juga berlaku bagi para orang tua terhadap anak; bagi pimpinan terhadap karyawan; bagi pemuka masyarakat terhadap warganya. Bertolak ke tempat yang dalam merupakan usaha untuk mengenal sesama secara utuh dalam semua seginya. Pengenalan yang dalam akan membawa berkat atau banyak hal baik, seperti dialami oleh Simon. Di tempat yang dalam itulah dia bisa mendapatkan banyak ikan. Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem. Kredit foto Ilustrasi Ist
Bertolaklahke tempat yang lebih dalam, bukan sekedar ajakan biasa-biasa saja. Bertolaklah lebih dalam berarti harus meninggalkan stabilitas loci, tempat yang nyaman. Maka kita pun telah siap untuk bertolak lebih dalam. Bertolah lebih dalam, sama dengan kita pergi mencari dan menyelamatkan yang miskin papa, yang sakit dan tanpa hunianKamis, 3 September 2020 Bacaan Injil Lukas 51-11 Yesus berkata kepada Simon “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Simon menjawab “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Lukas 54-5 Ada seorang pemuda menyelesaikan kuliah S1-nya tujuh tahun lamanya. Dia sempat sharing kalau lebih enak jadi mahasiswa daripada harus bekerja. Jadi mahasiswa itu belum terikat pada jadwal jam kerja harian dan keharusan untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan serta hubungan komunikasi dengan bos, karyawan lain, customer yang tidak selalu berjalan mulus. Jadi mahasiswa juga masih bisa bangun siang kalau jam kuliahnya siang atau sore hari. Masih bisa “main”, jalan-jalan, kumpul-kumpul dengan teman. Tanggung jawabnya pun sebatas menghadiri kuliah, mendengar dosen ceramah di kelas, mencari buku-buku kuliah, mengerjakan tugas-tugas kuliah, UTS, UAS. Tetapi berbeda dengan orang yang sudah bekerja, ia memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya, hubungan dengan atasan, sesama rekan kerja, bawahan yang harus dijaga baik-baik kalau ia mau tetap dipertahankan bekerja di salah satu perusahaan tempatnya bekerja. Dalam bacaan injil hari ini Yesus menyuruh Petrus untuk “bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan“. Jika dipikirkan lebih kritis, bagaimana mungkin seorang anak tukang kayu yang hidupnya jauh dari pantai mengatakan kepada orang yang berprofesi sebagai nelayan,“bertolaklah ke tempat lebih dalam dan tebarkanlah jalamu“? Pada awalnya Simon merasa ragu akan perkataan Yesus tersebut karena sudah satu malam menjala ikan tetapi tidak mendapatkan apapun. Selain itu, Yesus menyuruh Simon menjala ikan sesudah matahari terbit atau tengah hari. Akan tetapi karena ketaatannya kepada Yesus dan karena Yesus sendiri yang mengatakan, dia bersama teman-temannya berangkat ke tengah danau untuk menjala ikan. Setelah mereka menebarkan jala, mereka menangkap sejumlah ikan besar sehingga jala mereka mulai koyak. Pelajaran yang bisa kita renungkan bersama melalui kisah Injil hari ini adalah kesediaan untuk bertolak ke “tempat yang lebih dalam”. Tempat yang “dalam” di dalam kehidupan kita sehari-hari bisa dipahami sebagai tempat yang penuh dengan tantangan, ancaman, ketidakpastian, tetapi juga mengandung peluang. Banyak orang yang takut, enggan, tidak mau melangkah ke tempat yang dalam karena rasa takut yang ada pada dirinya. Banyak orang hanya mau berhenti pada tempat yang tidak terlalu dalam, karena tempat itu dirasa nyaman, sudah kita kuasai, sedikit mengandung resiko. Demikian pula siswa kerapkali hanya berhenti menggali pengetahuan sebatas apa yang diajarkan oleh guru mereka. Tidak berani untuk mengemukakan pendapatnya sendiri sebagai akibat dari studi mendalam terhadap materi pelajaran yang ia ambil, karena takut untuk ditentang, tidak disetujui, ditertawakan, dianggap tidak berkualitas pemikirannya. Selama rasa takut itu menyelimuti diri siswa tadi, selama itu pulalah dirinya tidak akan menemukan hal-hal yang baru di dalam pengetahuan dan keterampilannya. REFLEKSI Apakah selama ini kita mengikuti suara Tuhan yang ada dalam hati kita, atau ikut-ikutan dengan orang lain yang salah karena takut dianggap sok suci dan sok hebat? DOA Allah Tuhan kami ajarkan kami selalu agar kami selalu mengikuti hati nurani kami sebagai suaraMu dalam bertindak. Demi Kristus Tuhan kami. Amin. AKSI Mari kita selalu mengikuti suara hati kita untuk berbuat yang terbaik bagi sesama. Sumber Renungan BKSN Komisi Kateketik KAJ. 54 188 477 172 368 287 57 364