EG 46)," kutip Narator sebelum dimulainya misa syukur Hari Jadi Kongregasi CB ke-184 dan HUT Yayasan Tarakanita ke-69 pada Kamis, 29 April 2021. Misa syukur ini dipimpin oleh Romo Hermanus Sigit Pawanta, SVD dan dihadiri oleh para suster, guru, karyawan, orang tua, dan para peserta didik Yayasan Tarakanita seluruh Indonesia secara virtual.
9 episodes Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus Suster CB Indonesia, melayani dengan kharisma Bunda Pendiri, Bunda Elisabeth Gruyters, Cinta Tak Bersyarat dan Berbela Rasa kepada Yesus yang Tersalib, di bawah lindungan St. Carolus Borromeus SEP 4, 2020 Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Sharing dari Garda Depan RS Sint Carolus Pengalaman St. Carolus Borromeus menghadapi wabah pes 5 abad yll menginspirasi Sr. Dorothea, perawat RS Sint Carolus. Demi mereka yang sedang berjuang, mari kita taati protokol kesehatan. JUN 29, 2020 Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Memaknai Kematian Menyemai Kehidupan Sebuah Renungan Peringatan Wafatnya Bunda Elisabeth Gruyters ke-156, 26 Juni 2020. Renungan St. Yetty CB, disuarakan oleh Sr. Tekla CB JUN 22, 2020 Biarkan Kole-kole Terus Melaju Biarkan Kole-kole Terus Melaju Kisah seorang suster yang bertugas di asrama, mengantar anak asramanya menemui ibunya yang tiada kabar. Ternyata ibunya sakit dan tak mampu lagi membiayai sekolah anaknya. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Haruskah anak ini dikeluarkan dari asrama? JUN 22, 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Zoom Sharing Panggilan - 3 Mei 2020 Ingin tahu bagaimana kisah para suster menjawab panggilan Tuhan, atau ingin tahu jawaban-jawaban para suster atas pertanyaan-pertanyaan OMK tentang panggilan MAY 27, 2020 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Solidaritas Suster CB dalam Pandemi Covid-19 Surat Edaran Paskah 2020 Bangkit, Bersaudara dan Bersolidaritas dan Komitmen CB dalam Solidaritas Covid-19 oleh Sr. Yustiana CB Top Podcasts In Religion & Spirituality
PausFransiskus telah menunjuk seorang "perawat pribadi." ===== Paus Fransiskus telah memilih Massimiliano Strappetti,
Para suster CB asal Indonesia dan suster CB dari Generalat CB di Maastricht datang berkunjung ke biara Kongregasi ADM di Sittard dan nyekar di makam Sr. Seraphine, Ibu Pendiri Kongregasi ADM. Dok. Sr. Theresina CB SUDAH hampir sebulan ini, 15 orang suster senior Kongregasi Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB asal Indonesia telah banyak bepergian dengan mengunjungi kota-kota penting di Negeri Belanda. Terjadi dalam rangka program ziarah rohani “napak tilas” jejak-jejak sejarah Kongregasi Suster CB. Tentu saja, kunjungan istimewa ini juga menuju ke Maastricht di mana Generalat CB berada. Kunjungan istimewa ke Sittard – Generalat Kongregasi Suster ADM Beberapa hari lalu, disertai sejumlah suster dari Generalat CB di Maastricht, ke-15 suster CB Indonesia ini datang berkunjung dan bersilahturahmi dengan para suster Kongregasi Amalkasih Darah Mulia ADM di Sittard di mana Generalat Kongregasi ADM berada. “Kami pergi ke Sittard ditemani para suster Generalat CB yakni Pemimpin Umum Sr. Rosaria CB, dua anggota Generalat Bestuur yakni Sr. Sofia CB dan Sr. Dwina, lalu Sekretaris Generalat Bestuur Sr. Francis CB,” tulis Sr. Theresina “Oshin” CB menjawab dari Maastricht, Negeri Belanda, Kamis 25/8/2022 pagi. Perjalanan kunjungan ke Generalat Kongregasi ADM di Sittard ini terjadi, kata Sr. Theresina CB, sebelum rombongan sebentar lagi akan segera pulang ke tanahair Indonesia. Perjalanan panjang dari berbagai daerah di mana para suster CB itu hidup bersama komunitasnya masing-masing menuju Maastricht di Negeri Belanda dalam rangka “napak tilas” sejarah Kongregasi itu sungguh mengesankan. “Kami sungguh dibuat kagum akan sosok dua perempuan hebat yakni Sr. Elisabeth Gruyters dan Sr. Seraphine. Mereka adalah dua sosok pribadi yang murah hati, tangguh, bijaksana dalam Roh,” tulis Sr. Theresina CB, perawat profesional yang kini mengelola RS Panti Nugraha di Pakem, DIY. Wajah-wajah super sumringah para suster CB asal Indonesia dan yang berkarya di Generalat CB Maastricht ketika berkunjung bersilahturahmi dengan para suster Kongregasi ADM di Sittard, Negeri Belanda. Dok. Sr. Theresina CB Punya akar sejarah yang sama Situasi waktu itu sungguh sulit. Mungkin secara emosional begitu istilahnya. Bunda Elisabeth Gruyters 1789-1864 adalah Ibu Pendiri Kongregasi CB. Ia aslinya berasal dari sebuah desa di tepi Sungai Maas bernama Leut di Belgia. Tahun 1821, Elisabeth meninggalkan Leut di Belgia dan pergi ke Maastricht di Negeri Belanda di mana selama bertahun-tahun lamanya ia bekerja sebagai pengurus rumahtangga pada keluarga Nijpels. Kondisi sosial di Maastricht saat itu sungguh ngenes, karena dampak penindasan penguasa Perancis di wilayah Negeri Belanda. Melihat kondisi macam itu, jiwa sosial Bunda Elisabeth lantas mulai “bergolak”. Ia berharap agar sekali waktu di Maastricht nantinya bisa berdiri sebuah biara di mana Tuhan akan diabdi secara tulus ikhlas oleh para suster biarawatinya. Pada Hari Raya Santa Maria Diangkat ke Surga tanggal 15 Agustus 1836, doa dan harapan Bunda Elisabeth Gruyters akhirnya terkabul. Ketika tengah berdoa dengan posisi berlutut di depan patung Maria Bintang Samodra, kenang Bunda Elisabeth, “Aku mendengar persetujuan yang suci dari surga… bahwa keinginan dan harapan itu nantinya akan terjadi”. Demikian kisah ringkas riwayat hidup Bunda Pendiri Kongregasi Suster CB ini sebagaimana tampil di situs resmi tarekat. Ref Sr. Theresina CB bersama kolega suster asal Indonesia Sr. Sofia CB saat berpose di Onder de Bogen Maastricht, Negeri Belanda. Dok. Sr. Theresina CB Napak tilas bersama Kongregasi ADM di Sittard Kita bertanya, mengapa perjalanan napak tilas sejarah Kongregasi CB itu sampai tiba dan mengunjungi Generalat Kongregasi Suster CB. Jawaban itu jelas, karena kedua tarekat religius suster biarawati yang kini sama-sama berpusat di Kota Yogyakarta ini punya sejarah erat. Ibu Pendiri Kongregasi Suster ADM adalah Gertrud Spickermann. Ia lahir di Rheinbach, Jerman, tanggal 30 April 1819. Sebelum mendirikan tarekat religius sendiri yang kemudian mengambil nama Kongregasi ADM, Gertrud Spickermann awalnya masuk tarekat CB pada tanggal 18 Oktober 1842 di Maastricht dan selanjutnya mengambil nama biara sebagai Sr. Seraphine. Bersama enam suster CB lainnya, Ibu Seraphine lantas berkarya di St. Agnetenberg, Plakstraat, Sittard. Ditugaskan merawat orang miskin, orang sakit, dan yatim piatu. Tanggal 18 Juni 1862 berdirilah biara baru dan hal itu mendapat restu Uskup Mgr. Paredis lewat sepucuk surat kepada Ibu Seraphine. Tanggal 24 September 1890, Kongregasi mendapatkan pengesahan kepausan dari Paus Leo XIII dengan tugas istimewa kepada Kongregasi yakni kebaktian terhadap Darah Mulia. Demikian yang menjadi kisah sejarah ringkas Kongregasi Suster ADM sebagaimana tampil di dalam situs resminya. Ref Kunjungan silahturahmi yang menyenangkan dan membahagiakan para suster CB asal Indonesia dan yang berkarya di Generalat CB Maastricht saat mereka datang sowan ke biara Kongregasi Suster ADM di Windraak, Negeri Belanda, akhir Agustus 2022. Sr. Theresina CB Silahturahmi yang membahagiakan Dari sejarah ringkas inilah menjadi masuk akal mengapa rombongan para suster CB dari Indonesia dengan diantara sejumlah suster CB dari Generalat CB Maastricht akhirnya pergi berkunjung ke Sittard. Di satu sisi Bunda Elisabeth Gruyters berharap agar para suster yang telah lama menetap dan tinggal di Sittard bisa ditarik kembali ke Maastricht. Namun pada sisi lain, kondisi riil waktu itu membuka kemungkinan lain. Umat lokal di Sittard dan uskup sungguh-sungguh menghendaki mereka tetap tinggal di Sittard. Akhirnya dalam bimbingan Roh Kudus, dua perempuan bijaksana yakni Bunda Elisabeth dan Ibu Seraphine lalu memutuskan untuk berpisah dan di kemudian lahirlah Kongregasi ADM. Meski telah terjadi pisahan, namun waktu itu para calon-calon suster ADM masih dititipkan untuk dididik di Maastricht oleh Bunda Elisabeth. “Jadi, kisah itu bukanlah sebuah perpisahan yang menyakitkan,” tulis Sr. Theresina CB mengenai motivasi kunjungan napak tilas rombongan suster CB Indonesia ke Windraak. “Kami sungguh merasa sukacita. Menikmati makan siang bersama para suster ADM di Biara Windraak. Mengalami keramahan mereka,” tulis Sr. Theresina CB.
Polisimenginterogasi para suster selama beberapa jam sebelum membolehkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Salah seorang suster kepada Hindustan Times mengatakan, "Ini pengalaman yang menakutkan."
Pimpinan Suster CB Indonesia Yustiana Wiwiek Iswanti saat peluncuran buku Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018. - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi JOGJA-Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri digelar dengan berbagai acara. Salah satunya peluncuran dua buah buku yang mencatat sejarah pengabdian suster CB dari masa ke masa yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan atau lintas Publikasi Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster CB Indonesia, Birgitta mengatakan buku tersebut berjudul Berlayar ke Tanah Misi dan Semaian Iman Sebaran Pengabdian. Dalam proses pembuatan dua buku tersebut diawali survei ke tempat yang memiliki nilai sejarah perjalanan suster CB Indonesia dalam mengabdi, contohnya gedung Rumah Sakit Panti Rapih. "Dalam buku Semaian Iman Sebaran Pengabdian ini kami coba menampilkan perspektif lintas iman terhadap pengabdian suster CB dalam sejarah bangsa yang hadir dari masa ke masa. Setiap masa caranya berbeda-beda, setiap masa ada dinamika masing-masing," kata Birgitta seusai acara pembukaan Perayaan Syukur Puncak Jubilee 100 Tahun Suster Cintakasih Santo Carolus Borromeus CB Hadir di Indonesia bertajuk Setia Misi Membangun Negeri di Aula Syantikara, Sabtu 6/10/2018.Pimpinan Suster CB Indonesia, Yustiana Wiwiek Iswanti menambahkan buku berjudul Berlayar ke Tanah Misi menceritakan kisah-kisah suster CB yang ditulis oleh orang-orang berbeda keyakinan yang tergabung dalam Komunitas Penulis Bilik Literasi Solo. Yustiana mengatakan penulisan dengan cara itu akan menghasilkan perspektif yang lebih luas dan umum soal perjalanan pengabdian suster CB di mengatakan salah satu tujuan perayaan 100 Tahun Suster CB di Indonesia adalah memaknai kembali secara baru semangat para pendahulu, yaitu 10 suster yang tiba di Indonesia pada itu sekaligus mengangkat spiritualis Bunda Elisabeth Gruijters yang mengabdi untuk Indonesia hingga menyentuh pinggiran kota di tengah situasi perang, kemiskinan, dan kemerosotan moral."Jadi, karya-karya dalam bidang kesehatan, pendidikan serta sosial pastoral sudah lahir sejak zaman Bunda Elisabeth," kata dari menyelenggarakan rumah perawatan di Batavia Jakarta, karya para suster CB ini pun berkembang dan melahirkan ratusan karya lain di penjuru negeri. Karya-karya itu hadir dengan tetap aktual dan update karena tantangan zaman yang mengatakan bentuk pembaruannya adalah spiritualitas yang diolah menjadi kinerja sehingga dapat terukur dan benar-benar dirasakan oleh yang fisik pun salah satunya bertujuan untuk mengikuti perkembangan zaman. Misalnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan."Pasien itu butuh tempat yang nyaman. Namun bukan berarti tak ada ruang untuk orang miskin. Sejak awal sudah ada alokasi dana untuk mereka, sekolah juga begitu," kata mengatakan saat ini dalam berkarya suster CB berpegang teguh untuk Setia Misi dalam Membangun Negeri. Mereka mengambil bagian dalam situasi aktual yang dihadapi negara yaitu misi yang selaras dengan Nawacita. BACA JUGA Kementerian BUMN Bersama Telkom Bagikan 1000 Paket Sembako Murah di Batulicin Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
. 306 48 47 64 384 40 428 18
perjalanan suster cb ke indonesia